Luka dan Lama. Dua kata yang bila
digabungkan terasa berat dan dalam, namun saat dikaitkan dengan usia belasan
tahun (ternyata) membuat banyak yang tersenyum bahkan tertawa. Tampaknya ada
perasaan sangsi atau ragu dari mereka bahwa usia belasan tahun belum memiliki
validasi untuk memberi makna pada dua kata tadi. Luka dan Lama.
Padahal, saat kesembilan seniman belia (yang
kebetulan juga siswa sekolah menengah seni) ini sepakat untuk memilih tema luka
lama dari begitu banyak tema yang terlontar di hari pertama kurasi pameran
dimulai, saya sendiri berpikir bisa jadi mereka akan sekedar memberi definisi
baru pada kosa kata yang sangat populer saat ini, galau.
Namun ternyata selama proses kurasi kurang
dari dua bulan, dengan gigih mereka menggali, menganalisa bahkan kemudian
meredefinisi luka yang mereka alami. Dulu, sekarang dan bahkan diantara keduanya.
Dengan melapangkan dada dan juga kepala tentunya, mereka kemudian melakukan
berbagai eksplorasi cara untuk menceritakan tentang bagaimana dan apa luka lama
itu sebenarnya bagi mereka. Tak pernah sekalipun kata galau terdengar diantara kita, ternyata.
Dan hari ini, dengan waktu pameran yang
begitu singkat, Anda akan diajak untuk merasakan sembilan luka lama yang bisa
jadi Anda sudah pernah rasakan juga atau bahkan sama sekali baru. Apapun itu,
saya sendiri merasa beruntung sekali bisa bermitra bersama sembilan seniman
yang membuat saya merasa pada akhirnya saat bicara luka, kita semua sebaya.
Kurator
No comments:
Post a Comment