Dec 11, 2015

Herfingerpower

Selamat malam,

Saya memang sudah beberapa kali punya toko offline dan juga online, namun ternyata baru sekarang saya merasa akhirnya merasa menemukan konsep isi, tampilan dan juga medium toko yang selama ini saya cari.

Namanya herfingerpower, sama dengan FB Group saya. Herfingerpower adalah istilah yang saya dan beberapa teman pemilik toko pertama gunakan untuk mengatakan handmade baik dalam seni maupun kriya.

Sebagai sebuah toko instagram, herfingerpower tampaknya juga berhasil menjadi tempat eksperimen saya dalam belajar menata gaya produk untuk difoto. Sehingga berbagai barang koleksi saya juga memiliki fungsi baru, sebagai properti foto. Senangnya!

Oh iya selain itu biarpun tokonya baru buka, tapi buat pembeli di Jakarta sudah ada bonus asik buat belanja dalam jumlah tertentu. Karena moto saya dalam berniaga sederhana,"Kalau saya tidak suka dengan barangnya, lalu mengapa saya menjualnya?"

Silahkan ya melihat-melihat,

Ika.

Dec 5, 2015

"I would die happy right this second and I don't care if I end up in heaven or hell"


I found art in the right place. In my own space, among my bestfriends. We are practically trying to make whatever idea we have came to live with whatever we have at that moment. We believe in ourselves, we believe in Do It Ourselves. Art to us is not only a tool to talk to other   people, but also to ourselves, to our friends. It may not be always a successful attempt, but we love doing it that way. In our own way. In our own definition. I am really grateful that I surround myself with plenty of self-taught artists that start their journey in front of my very own eyes everyday. They taught me creativity, hardwork, courage and respect. And those are contagious, the spirit they have. They don't really believe in ownership, but they do understand the importance of supporting each other idea and be happy when it actually comes to live.

And everytime someone said to me how much they love my works, past and present, I feel like it goes to me and my friends actually. Yeah, we are awesome that way.

Politic with small p


Would like to remind herself that having choices is a luxury, but creating new choices is sometimes mandatory. Because taking what we are being served with is not always satisfying, let alone makes one person happy.

Dec 1, 2015

"First, let's get help with this bad habit."

A couple of days ago I let myself free by asking help to one of my faraway friend that wonderfully lent me his ears, time and said things that I really need to hear. 

Because carrying around guilty feeling and not doing anything about it is not necessarily something that we can do it alone apparently. Give yourself a favor, ask for help. Let the ego, go. 

Nov 25, 2015

Karena hari ini blogging sudah tak lagi semudah dulu.

Blogging should be my middle name.

Karena kalau dipikir-pikir sampai hari ini ada lebih dari sepuluh blog yang pernah saya buat. Iya, SEPULUH. Dari mulai yang isinya curhat, puisi, katalog, majalah, sampai tentang kerajinan tangan, karya seni serta warna-warninya kehidupan saya sehari-hari. Dan walaupun sudah banyak sekali blog yang saya buat dan ada beberapa yang membuka jaringan pertemanan baru, namun baru lewat blog saya yang terakhir ini saya merasa seperti menemukan arahan baru yang sangat menarik dan inspiring dalam hidup saya.

Terinspirasi dari blog-blog desain, craft dan art di luar sana saya ingat sekali waktu mulai membuat kolase selama berbulan-bulan di tahun 2008. Setelah kira-kira merasa cukup banyak karya kolase yang saya buat, kemudian saya mengajak dua orang teman untuk berpameran dan membuat workshop kolase selama akhir pekan di sebuah ruang di Kemang, Jakarta Selatan. Dan kira-kira beberapa minggu setelah itu saya langsung membuka toko kolase online saya di etsy (www.etsy.com) yang merupakan portal artist, crafter dan penjual barang vintage terbesar di Amerika dengan satu seri kolase berjumlah sepuluh buah.

Waktu itu tentu saja lebih besar modal nekatnya karena saya merasa lebih baik langsung terjun saja daripada menunggu lebih lama. Dan ternyata itu keputusan yang tepat, karena dari sebuah toko online ini saya mendapatkan banyak sekali teman, ilmu, pertukaran karya juga materi membuat karya serta tawaran pameran serta order dari mancanegara. Terus terang saya juga tidak menyangka akan sepositif ini feedback yang saya terima walaupun memang saya sadar kalau etsy adalah komunitas yang paling tepat untuk membuka toko online saya karena disana pembeli dan pembuat karya seperti saya sudah memiliki pengertian dan apresiasi yang kurang lebih sama sehingga saya tidak lagi mesti menjelaskan banyak hal tentang karya saya seperti di Indonesia. Tapi bukannya lantas saya tidak tertarik untuk menjual karya saya di Indonesia, tapi saya senang sudah memutuskan belajar bisnis online dengan memulainya untuk pasar internasional dulu. Setidaknya saya sudah memulainya, itu yang lebih penting menurut saya.

Sehingga sampai hari ini selain saya mendapatkan beberapa custom order untuk karya kolase saya termasuk yang akan dipamerkan di New York tahun ini, saya juga sempat mendapat wholesale order untuk sebuah art boutique di Esplanade, Singapura dua tahun lalu. Maksud saya, untuk seseorang yang memulai dan belajar semuanya sendiri dari nol, saya pasti tidak akan menjadi seoptimis ini bila ternyata feedback yang saya dapatkan dari toko dan blog saya tidak seluar biasa ini. Dan sekarang saya juga sudah mendapatkan banyak teman baru lewat blog saya dari sesama artist atau crafter di Indonesia juga Jakarta dimana kami bisa saling bertukar info, karya juga membuat kegiatan bersama-sama. Semuanya diawali dengan beberapa blog yang saya buat entah sudah berapa jumlahnya tadi.

Ika Blogging Vantiani


Nov 24, 2015

A letter to Sooji Kim for her WANITA Project




Hey Sooji! 

Same here like Marishka, missing every single bit of our Melbourne trip already. So much!


Now, speaking about WANITA Project. I guessed one of the most meaningful experience about this trip is how I can see my art with a different view due to a different kind of public that attend the show, join the workshop and talk to us during Focus Group Discussion. I rarely experience that many comments and questions over an exhibition opening, apart of just a congratulations, includes all the people around the gallery who just passed by and many more other wonderful strangers that we have never meet and thought that they would instantly love and get our art. It's like what I have been trying to talk to people through my art being heard and understood like never before. All those comments obviously raise new questions to myself about what I called 'making art'. Apart from that, I have also learned about different way of doing an exhibition, not only from the displaying but also making the catalogue, etc, that I really love to know due my experience as an exhibition manager once. Footscray itself as a community art center has such an interesting form of art to be showcase and shared to the public. Not only that, but also during my trip outside of Foostcray I have been really lucky to be able to explore places like small galleries, limited print shop with a way of displaying art print and other art stuff like I have never see before, a lithograph exhibition at the library, big exhibition like David Bowie Is Here at ACMI, and so many other opportunities to see art in a way that I have never thought I will experience this much during my stay in Melbourne. 


I have never showcase my works in so many medium before includes my first video and documentary project for this exhibition. So I am really grateful for this opportunity that also help me to grow as an artist. To experience Melbourne with my own eyes, talk to the people, admire the old houses, plants and birds is such a mind blowing experience to a Jakartan like me. I learn a bit Melbourne and Australia in my own way for the first time during this trip. Not from books, magazines, films or other people's photos on Instagram. So from now on, I have my own story about Melbourne and Australia although only a really short one. 


I met several other Australian artists and a few Indonesian artists with different way of seeing art and making a living as an artist. I learned that being an artist in Jakarta and in Melbourne has similarities and also differences. Though I haven't get the chance to be really understand and learn about them but it's nice obviously to be instantly understood with a fellow artists. Especially being a female artist in Melbourne, is still one of the question that I wished I had ask them more since we are there to showcase 13 female artists work from Jakarta. 


What could have been better? If only I could stay longer, of course! Haha! But at the same time this first trip should never been the last since now I can see so many opportunities and ideas could come to live by being part of this kind of network and project. So in the future, I would definitely love to see more collaborations between Indonesian and Australian artists, in so many different ways since the ideas are endless!



Again, thank you so much Sooji and Rani for being super awesome hosts and Footscray for the abundance of support. 

There you go, Sooji. I hope it answers your questions. 

Look foward to meet you soon!

HUGS,

Ika

Jul 24, 2015

Saat bilang "Tidak" sama sulitnya dengan bilang "Iya", ternyata



Selamat malam,

Saya adalah orang yang percaya kalau setiap tahun baru saya membuat daftar resolusi maka niscaya tidak akan ada satupun hal dalam daftar tersebut akan terjadi. Sedangkan apabila saya tidak membuat resolusi apapun, biasanya kemudian saya akan mengalami banyak sekali kejadian dan momen yang mengejutkan luar biasa. Namun tahun ini saya mencoba mengurangi daftar resolusi saya menjadi satu hal saja, dan ternyata selain lebih mudah menepatinya namun juga kejadian yang saya alami tetap mengejutkan luar biasa.

Tahun ini saya berjanji untuk melunasi hutang-hutang saya pada diri sendiri yang sudah menumpuk sejak entah kapan. Hutangnya mulai dari proyek-proyek personal besar kecil, baik yang ingin dikerjakan sendirian maupun beramai-ramai, sampai dengan hal-hal rutin yang sudah entah berapa kali saya mangkir dari janji saya pada diri sendiri. Artinya juga, saya akan lebih sering mengatakan "Tidak" untuk proyek-proyek baru yang datang tahun ini. Namun kenyataannya, di tahun ini saya malah kemudian menemukan mitra-mitra kolaborasi berkarya yang selama ini sudah lama saya cari. Belum lagi tawaran-tawaran yang tidak pernah sekalipun saya berani bayangkan saya akan terima di tahun ini walaupun jujur aja ada keinginan untuk mendapatkan tawaran-tawaran tersebut suatu saat nanti.

Jadi inilah saya yang sepanjang hari ini mulai didera tekanan karena banyaknya hal yang mesti saya lakukan dan tunaikan karena semuanya satu persatu sudah mulai lewat tenggat waktunya, sementara hutang saya untuk blogging berkala mulai tahun ini saja belum juga tertunaikan dengan tepat waktu. Ini adalah postingan saya mestinya saya lakukan sejak beberapa minggu lalu!

Namun di saat yang sama saya pun sadar betapa berbedanya tekanan yang kita rasakan untuk melakukan hal-hal yang kita sukai dibandingkan apabila kita tidak menyukainya. Betapa kepercayaan diri malahan bisa menjadi bumerang kalau kita sendiri tidak kadung mau merubah cara kerja ataupun lebih disiplin dengan cara kerja kita sendiri yang selama ini misalnya dirasakan tidak efektif sehingga lebih sering membuat kita sendiri tergopoh-gopoh kelelahan dibandingkan menjalaninya dengan berjalan kaki dengan riang. Jadi memang postingan ini adalah salah satu hutang yang saya sukai namun di saat yang sama mestinya bukan prioritas saya hari ini. Karena setelah selesai menuliskan ini semua saya mestinya kemudian langsung berusaha mengejar tunggakan hutang saya lainnya dan bukannya ke kamar dan tidur.

Sampai besok pagi!

Ika

Jun 5, 2015

Sofa diatas itu


Selamat malam,

Sofa ini saya temukan diletakkan tepat di depan sebuah rumah besar di sebelah penginapan dimana saya dan ibu saya menginap dalam perjalanan haji kami dulu. Tepat di sebelah kanan sofa ini ada sebuah Mercedes Benz warna coklat diparkir. Tampaknya mobil tersebut sudah berada disana semalaman. Waktu saya kemudian berjalan-jalan di sekitar tempat tersebut saya menyadari bahwa rumah besar tersebut tidak memiliki garasi. Itulah sebabnya mobil tersebut di parkir di luar rumah seperti itu. Usut punya usut ternyata memang lumrah kalau di Mekah, pemilik rumah (artinya mereka orang kaya karena mereka tinggal di rumah, bukan di apartemen sewa milik pemerintah) tidak menjadikan garasi sebagai bagian dari rumah mereka. Namun di saat yang sama dengan informasi bahwa mobil dan bensin sama murahnya namun sulit sekali cari tempat ganti oli,  kelihatan sekali memang betapa sepelenya mobil untuk mereka.

Di sepanjang jalan-jalan utama saya melihat mobil-mobil diparkir di pinggir jalan karena katanya rusak (padahal mungkin hanya mesti ganti oli saja), dari yang keadaannya masih bagus sampai yang hanya tinggal separuh rangka karena bagian atapnya sudah lepas. Dan pada musim haji, mobil-mobil separuh rangka ini ternyata masih bisa jalan karena saya melihat banyak sekali yang menyewanya untuk perjalanan haji dari satu tempat ke tempat lain. Karena katanya mobil-mobil tersebut disewakan dengan murah sekali apabila jamaah haji yang membutuhkannya tidak mempunyai uang untuk menyewa mobil atau ikut bus yang biasanya merupakan sewaan dari jasa layanan haji negara atau swasta.

Kembali ke sofa diatas ini. Saya tidak sempat sama sekali duduk diatasnya. Tapi saya selalu ingat keadaan di sekitar sofa tersebut karena selain waktu itu saya dan ibu saya sedang menunggu untuk dipindahkan ke penginapan yang lebih besar, kita juga merasa lokasinya sangat tidak menyenangkan walaupun saya masih ingat ada sebuah mesjid untuk jamaah India tidak jauh dari sana dimana saya biasanya sholat.

Benda apalagi dari Mekah yang masih saya ingat detailnya sampai sekarang? Nanti ya di lain waktu saya akan cerita.

                                                                   Ika

Jun 1, 2015

Dimata luka, (ternyata) kita semua sebaya

Luka dan Lama. Dua kata yang bila digabungkan terasa berat dan dalam, namun saat dikaitkan dengan usia belasan tahun (ternyata) membuat banyak yang tersenyum bahkan tertawa. Tampaknya ada perasaan sangsi atau ragu dari mereka bahwa usia belasan tahun belum memiliki validasi untuk memberi makna pada dua kata tadi. Luka dan Lama.
Padahal, saat kesembilan seniman belia (yang kebetulan juga siswa sekolah menengah seni) ini sepakat untuk memilih tema luka lama dari begitu banyak tema yang terlontar di hari pertama kurasi pameran dimulai, saya sendiri berpikir bisa jadi mereka akan sekedar memberi definisi baru pada kosa kata yang sangat populer saat ini, galau.
Namun ternyata selama proses kurasi kurang dari dua bulan, dengan gigih mereka menggali, menganalisa bahkan kemudian meredefinisi luka yang mereka alami. Dulu, sekarang dan bahkan diantara keduanya. Dengan melapangkan dada dan juga kepala tentunya, mereka kemudian melakukan berbagai eksplorasi cara untuk menceritakan tentang bagaimana dan apa luka lama itu sebenarnya bagi mereka. Tak pernah sekalipun kata galau terdengar diantara kita, ternyata.
Dan hari ini, dengan waktu pameran yang begitu singkat, Anda akan diajak untuk merasakan sembilan luka lama yang bisa jadi Anda sudah pernah rasakan juga atau bahkan sama sekali baru. Apapun itu, saya sendiri merasa beruntung sekali bisa bermitra bersama sembilan seniman yang membuat saya merasa pada akhirnya saat bicara luka, kita semua sebaya.

                                                                 Ika Vantiani
                                                                    Kurator

May 27, 2015

Weekend Wonder Workshop

Selamat sore, 
Saya selalu merasa tinggal di Jakarta yang macetnya juara ditambah dengan teknologi yang katanya memudahkan kita berkomunikasi, tidak menjadi solusi keinginan saya untuk berkumpul bersama teman-teman yang juga suka berkarya secara berkala. Tepatnya bertemu dan berkumpul dalam sebuah tempat dan saling mengobrol sambil membuat berbagai macam karya yang kita suka. Atau bahkan sekedar bertemu muka, ngobrol dan makan minum cantik saja misalnya.
Iya, kita mungkin sering berjumpa di pameran atau bazaar, tapi kan auranya berbeda. Tidak terlalu santai juga, karena kalau di pameran atau bazaar agendanya bukan untuk ngobrol dan bertemu teman kan?
Dulu sekali, bersama beberapa orang teman dekat yang juga suka bikin-bikin, menurut istilah saya, kita pernah menghabiskan satu hari Minggu di sebuah taman kota sambil membawa peralatan masing-masing, camilan dan kantong sampah. Kita menamakannya Making Art At The Park. Walaupun hanya sekali namun kenangannya sampai sekarang membuat saya rindu momen-momen itu dan ingin membuatnya lagi bersama dengan teman-teman lain yang juga suka bikin-bikin.
Karenanya waktu kemudian saya mendapatkan kesempatan untuk mengaplikasikan ide ini bersama dengan Suar Artspace, saya senang sekali. Saya namanya kegiatan ini Weekend Wonder Workshop. Karena walaupun tidak ada peserta dan pemateri workshop seperti biasanya, namun memang disini adalah tempat dimana yang ikut, bisa sekaligus belajar dan berbagi dengan peserta lainnya. Semua jadi guru, semua juga jadi murid. Setara. Karena pada kenyataannya semua orang bisa jadi pencipta, dan tidak hanya sekedar jadi pembeli kan?
Waktu undangan Weekend Wonder Workshop kami sebarkan,  kami tidak menyangka sambutannya akan sehangat ini. Dalam waktu sebulan sejak informasi kegiatan ini disebarkan, banyak sekali teman-teman yang langsung mengiyakan untuk datang. Dari seniman tato, kolase, ilustrator, pelukis, pengrajin, penyanyi sampai publik umum yang mengetahui mengenai acara ini. Dan inilah acara Weekend Wonder Workshop episode I yang didokumentasikan oleh Rangga Kuzuma, videografer dan fotografer, yang hari itu juga ikut belajar decoupage dari Kartika Jahja.
Seperti yang saya bayangkan, menyenangkan sekali untuk berada dalam satu meja panjang bersama teman-teman lama dan baru yang sama-sama suka bikin-bikin. Mengobrol dan bercerita sambil makan minum di bawah rindangnya pohon. Waktu katanya memang serasa terbang saat kita bersenang-senang! Terimakasih untuk semua yang datang dan sampai jumpa di episode II Weekend Wonder Workshop. Untuk jadwal Weekend Wonder Workshop bulan depan juga kegiatan Suar Artspace lainnya bisa langsung follow akun twitter dan instagram mereka di sini.

                                                                       Ika.

May 25, 2015

Tentang sebuah profesi

Selamat malam,
Saya selalu merasa kesulitan saat mesti menulis profil diri sendiri. Saya sadar hal ini disebabkan banyaknya pekerjaan yang seringkali saya jalani secara bersamaan namun semuanya berbeda bentuknya, walaupun mungkin bidangnya sama. Seperti saat ini misalnya, saya masih membuat kolase, menjadi penulis naskah, konsultan komunikasi, juga pemateri lokakarya. Belum lagi saya juga membuat barang-barang kriya dengan nama Recycle Retro. Jadi apa sebenarnya profesi saya?
Kadang saya ingin juga seperti banyak teman saya yang tampaknya sudah jelas alur profesi dan hal-hal yang ingin mereka lakukan di dalam hidupnya. Sementara saya rasanya dari dulu ya seperti ini saja. Bersenang-senang melakukan apapun yang membuat saya senang, apalagi kalau kemudian juga mendatangkan uang, makin senanglah saya melakukannya. 
Namun kemudian saya berpikir bahwa yang penting dari semua yang saya lakukan tersebut adalah saya senang dan menikmati prosesnya. Mungkin memang alur yang tepat untuk saya yang memang mudah bosan dan memiliki banyak ketertarikan pada banyak hal adalah seperti sekarang ini. 

Dan saya akui saya seringkali memang memberanikan diri untuk melakukan sesuatu atau melakukan pekerjaan yang saya belum pernah lakukan sebelumnya agar saya belajar sesuatu yang baru, kenal juga dengan lingkaran pergaulan baru, dan banyak hal-hal baru lainnya karena saya sadar sekali saya adalah orang yang apabila sudah nyaman dengan satu lingkungan atau kebiasaan kemudian malas sekali keluar dari sana. Terlena. Padahal hidup bukan hanya tentang merasa nyaman, aman dan tentram kan?  Dengan gelisah kita jadi tahu apa artinya tenang, dengan kurang kita jadi bisa bersyukur kalau kita berlebih atau bahkan seringkali berlebihan.
Karenanya mulai sekarang kalau diminta menulis profil dan mesti menulis profesi, saya akan menjawabnya dengan: menjadi diri saya sendiri.

Ika

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...